Coretan tinta hitam mengawali pagi hari dengan penuh semangat. Satu teguk kopi hitam pun telah membuatnya siap menjalani hari. Namanya Adi, begitu yang tertulis di tanda pengenal yang menggantung di saku kemeja birunya. Menjadi seorang wartawan bukanlah impiannya sejak dulu, terlebih menjadi wartawan majalah politik. Ia lebih bermimpi menjadi pilot dan bisa melihat banyak keindahan di luar sana. Namun, kenyataan berkata lain. Kerasnya kota Jakarta membuat ia tidak bisa menerbangkan cita-citanya tersebut.
Deadline yang membuatnya selalu merasa pusing, bahkan frustasi. Malam ini sebuah data interview tentang dugaan korupsi harus segara dikirim ke redaksi. Lembaran pertanyaan yang sejak tadi digenggam tak luput dari pandangan pejabat di gedung tersebut. Berlantai 28 dan sangat mencakar langit, membuat Adi sepertinya telah memasuki gedung yang tepat. Sebuah perusahaan batu bara yang bekerja sama dengan pemerintah menjadi incarannya saat ini. Langkah pertama sudah membuatnya bingung. Harus kemana ia mencari pejabat yang dimaksud.
"Adi?" Seorang perempuan manis menyapanya dengan penuh kelembutan. Tampaknya seperti sekretaris.
"Maya, ya?" Balas Adi dengan wajah sumringah. Pikirannya mendadak terbang kembali ke beberapa tahun silam.
Memang benar, Maya adalah seorang sekretaris. Lebih tepatnya sekretaris dari pejabat yang dimaksud Adi. Namun, fokus Adi bukan itu saat ini. Ia senang. Matanya yang berbinar tidak bisa membohongi siapapun. Cinta monyet masa remajanya muncul tak terduga saat ini. Ada getaran saat Adi menjabat tangan Maya. Entah apa getaran cinta masa remajanya muncul kembali saat ini. Adi kembali menjadi sosok beberapa tahun silam. Sosok yang mencinta.
"Kamu sekretarisnya Bapak Widodo, May?" Tanya Adi menghapus keheningan.
"Iya, kamu mau ketemu? Langsung naik ke lantai 13 aja, ya."
"Kamu gak ikut ke atas?" Lanjut Adi.
"Enggak, Di. Aku tunggu di bawah aja."
"Okedeh. Aku naik dulu, ya."
Tiap pijakan tangga membuatnya semakin ingat dengan memori masa lalu. Masa lalu yang membuatnya cukup kecewa. Membuatnya buta dengan romansa yang ada. Adi lebih memilih diam dan tidak pernah menyatakan rasa sukanya terhadap Maya. Hingga sekarang.
"Loh, udah selesai? Cepat banget, deh."
"Iya, kenapa? Hehe." Balas Adi sambil menggaruk kepalanya. seraya melanjutkan "eh, kamu gak berubah ya. Aku kira kamu udah lupa sama aku sekarang."
"Ih, apasih. Kadang suatu hal yang kamu pikirin belum tentu sama dengan kejadian yang sebenarnya, loh. Jangan gitu."
"Ih, apasih. Kadang suatu hal yang kamu pikirin belum tentu sama dengan kejadian yang sebenarnya, loh. Jangan gitu."
Interview cepat bukan karena Pak Widodo memang mudah untuk diwawancarai. Namun, Adi memang lebih ingin berlama-lama dengan Maya. Seorang wanita yang telah menyinari kehidupannya. Tahun-tahun yang telah berlalu pun belum cukup untuk menghilangkan memori tentang Maya di kepala Adi. Segera dikeluarkan ponsel dari saku celana sebelah kanan. Tentu Adi ingin melanjutkan momen ini ke jenjang yang lebih istimewa.
Asik bercengkrama, jam kerja pun yang akhirnya harus memisahkan mereka. "Jangan lupa telpon aku nanti malam, ya!", sahut Maya saat Adi hampir bergegas keluar dari perusahaan yang megah itu. Adi hanya merespon dengan senyum. Tanda bahwa semua akan dilakukan. Penuh kebahagiaan saat Adi berjalan keluar. Dibalik kebahagiannya ia tidak sadar. Seorang berkaos hitam telah mengikutinya sejak tadi. Tampaknya begitu compang-camping. Brewokan dan cukup menyeramkan. Dengan begitu cepat dirampasnya ponsel yang sejak tadi memang Adi genggam. Dan tentu berkas yang dibawa tidak luput dari incaran jambret tersebut. Spontan Adi berteriak. Sayang, keegoisan ibu kota membuat tidak seorang pun bergegas menolongnya. Adi pun terdiam.
Tatapan kosong mengiringinya di jalan pulang. Bukan hanya urusan kerja yang terancam hilang. Kisah romansa dengan Maya pun terancam buntu. Mana mungkin Adi berani datang ke perusahaan tersebut hanya untuk menemui Maya. Mungkin hanya keajaiban yang mampu membuatnya kembali normal. Normal seperti apa yang Adi harapkan.
Malam semakin menunjukan liarnya. Tak ada siapapun yang masih bangun di kostan ini. Semua tampak lelah rupanya. Hanya Adi yang masih dibayang-bayangi kegelisahan. Ketika jam telah menunjuk tepat di angka dua belas. Adi masih berada di depan layar komputer. Mencoba mengakali interview yang telah lenyap. Dinginnya suasana malam membuat otak Adi pun membeku. "Mentok banget!" ujarnya demikian. Dibukalah sebuah situs. Inspirasi Adi dalam menulis banyak ditemukan disini. Tertulis Random Chat di atasnya.
"Hi." Buka Adi dengan salah satu stranger yang ada di situs obrolan acak tersebut.
"Hi juga." Respon dari sang stranger yang diakhiri dengan emoticon senyum sebenarnya.
"ASL?" Lanjut Adi yang berarti menanyakan umur, jenis kelamin dan juga lokasinya.""
"24 F Jakarta." Adi tersenyum membacanya. Terlebih karena umur mereka sama.
Terlalu asik mengobrol membuat Adi lupa bahwa jam telah bergeser ke angka 2. Matanya pun tak kunjung meredup. Basa-basi dan candaan yang saling dilontarkan membuatnya telah lupa dengan dunia nyata. Saat Adi menanyakaan suatu hal yang baru. Sang stranger berubah menjadi sensitif.
"Kok belum tidur?" Tanya Adi simpel.
"Engga apa-apa, sih. Aku cuma lagi nungguin telepon dari seseorang."
"Oh, emang ada apa sampai ditungguin jam segini?"
"Jadi gini, dia itu laki-laki. Gak ada hal penting yang mau diomongin, sih. Cuma aku baru bertemu sama dia pagi tadi. Janjinya dia mau nelpon aku malam ini."
"Terus?" Lanjut Adi yang nampaknya cukup penasaran.
"Dia itu laki-laki yang spesial buat aku. Walau sepertinya dia belum menyadari hal ini, sih."
"Teman SMA, ya?" Adi coba menebak.
"Iya, jadi dia itu teman saat aku SMA dulu. Aku udah sayang banget sama dia. Tapi dia gak pernah mau ngungkapin perasaanya sama aku. Aku seneng banget saat bisa ketemu dia pagi tadi. Aku berharap dia mau nyatain perasaannya ke aku. Karena aku juga tahu kalau dia juga sayang sama aku."
Sebuah kode seperti dilemparkan dari sang stranger. Kode yang membuat Adi tampak bingung. Sosok yang sebenarnya semu baginya. Adi pun kembali mengetik perlahan dan mencoba melanjutkan pembicaraan.
"Hmm. Beruntung banget ya laki-laki itu. Bisa bertemu perempuan sebaik dan sesetia kamu."
Adi pun melanjutkan "aku juga pagi tadi baru bertemu sama teman SMA ku. Tapi kayaknya dia gak suka deh sama aku. Beda cerita."
"Kenapa kamu bisa berpikiran kayak gitu? Kadang suatu hal yang kamu pikirin belum tentu sama dengan kejadian yang sebenarnya, loh." Balas sang stranger begitu cepat.
"Hmm iyasih. Ngomong-ngomong nama kamu siapa? Omongan kamu bikin aku inget sama teman SMA ku itu, deh. Mirip banget.
"Hehe iya. Namaku Maya."
Ah, perasaan kaget dan bingung merasuki Adi. Obrolan tersebut membuatnya gusar. Dugaannya mengarah pada satu orang. Apa benar ini sekretaris yang telah membuatnya jatuh cinta. Sosok yang telah dimimpikan selama ini. Entahlah, satu komplek mendadak mati lampu setelahnya. Sangat tepat dengan momen yang begitu mengagetkan. Seraya itu, Adi langsung berusaha menggelapkan pandangan matanya. Kembali berusaha memecahkan teka-teki cinta yang sedang ia terima. Mungkin.
Kapanpun saat memikirkanmu
Bisa bertemu kebetulan itu
Hanya sekali dalam hidup
Ku percaya keajaiban~
Inspired by JKT48 - Karena Ku Suka Dirimu
Sal,gue boleh jujur gaaakkk wkwkwwk,gue kagum sama lo wkwkwkww,awalnya gue nggakk suka sama lo,tapi ye lama" gue suka juga sama lo,tau nggak gue siapa?wkwwkwwkwkw mending nggak usah tau aja keles yeeee,,tapi kita sering sebelahan kokk wkwkwwk,lo baik yaaa,keren gitu,walau muka lo gepeng trus badan lo juga kerempeng mirip tukang batagor di sekolahan gue,tapi ya nggak ngerti deh ya gue suka sama lo soalnya lo gepeng kerempeng tapi bikin gue mupeng sihhh,tapi kenapa Sal kok lo sukanya Shania sih???Arrrggghhhhhh move on dong suka cewek yang sebenernya issshhhh kan ada gue yang selalu ngestalk twitter lo,gue naksir berat sama lo,aduhhh mokal deh gue jadinya,Sal Sal,lo jarang masuk juga sih kemarin" wkwkwkwkwkw
BalasHapuslo penasaran ye sama gue?wkwkwkwkw ditulis gitu di Twittaaa wkwkwkw yayayaya yaazaya penasaran kan?gue sih pengen follow lo di Twitter tapi emm nggak deh ya nanti ketauan siapa gue wkwkwkwkw <3 u Sal gepeng krempeng bikin hatikoh mupeng
HapusCiee.. ini anonim blak-blak'an gitu gegara habis baca catatan lo ini. Kek nya dia terpikat sama lo nih, muahahaha :))
HapusHahahaha lucu deh kalian. :))))
HapusFaisal sih harus kudu konsentrasi ke ujian nasional dan perguruan tinggi az dulu deh.
Hapuscocok diterusin jadi cerita horor :)
BalasHapusRuarrr Biasaaa,Isal x))
BalasHapus