Sabtu, 02 November 2013

Cinta Sepermainan


Memasuki kelas 11, Ray dan Viola kembali duduk bersebelahan. Sejak kelas 10 lalu, mereka berdua telah menjadi teman yang sangat akrab. Dengan begitu, mereka telah kurang lebih 1 tahun selalu bermain bersama, entah apa akan ada perasaan lain yang muncul di dalam pikiran mereka nantinya. Namun, sepertinya Ray telah memiliki perasaan lain terhadap sahabat sepermainannya itu, yakni Viola. Tanpa diketahui oleh siapapun, ternyata Ray telah menyimpan perasaan suka terhadap Viola sejak 1 tahun lalu. Diawal MOS, Ray sudah jatuh hati pada pandangan pertama dengan Viola. "Viola cantik banget, ya.", kalimat tersebut keluar dengan spontannya saat Ray pertama kali melihat Viola di ruang kelas. Suasana hati Ray mendadak berbunga sejak hari itu.

Sifat pemalu Ray membuatnya tidak bisa melakukan banyak hal terhadap Viola, salah satunya untuk menyatakan perasaan cinta yang telah lama ia pendam. Terlebih, Viola telah menganggap Ray sebagai sahabat yang sangat baik baginya. Suatu hari, Ray mencoba memaksaan diri untuk menyatakan perasaan yang telah lama menempel di hatinya, namun ketika Viola muncul, ia malah mengalihkan perhatiannya dengan hal yang lain. Begitu berat Ray memikirkan bagaimana ia bisa keluar dari friendzone yang memusingkan ini. Ia tidak bisa terus-menerus menyembunyikan rasa suka terhadap teman sepermainannya itu. 

"Viola, lo lagi PDKT sama Dhika ya? Ciyee."
"Ah apasih, enggak kok. Gue deket biasa aja sama dia. Emang kenapa, deh?"
"Oh, engga kenapa-kenapa kok. Nanya aja gue." Tutup Ray.

Viola tampaknya juga mulai tau perubahan sikap Ray kepadanya. Dan tampaknya pula Viola telah tau kalau Ray memiliki perasaan lebih terhadapnya. Sebagai teman baik, Viola tentu tidak ingin mengecewakan Ray. Tapi seperti orang bilang, cinta bisa tumbuh karena terbiasa. Mungkin ungkapan itu telah terjadi kepada Viola saat ini, seketika mulai ada sifat kaku yang tumbuh diantara mereka berdua. Sangat beda perilaku mereka sekarang dengan setahun yang lalu, terlebih saat mereka tidak saling berpikir terlalu jauh seperti sekarang ini.

Ray dan Viola menjalani hari seolah seperti tidak ada hal yang disembunyikan. Mereka tetap bisa bercanda, tukar pikiran hingga mengerjakan PR bersama. Namun tetap, ada sifat kaku yang keluar dari dalam diri mereka saat ini. Ray tidak mau perasaan yang ia simpan membuat persahabatannya menjadi hancur dikemudian hari. Begitu pula dengan Viola, ia tidak mau dugaan perasaan Ray terhadapnya membuat persahabatan mereka menjadi semakin renggang. Mereka berpikir semakin jauh saat ini.

Kelabilan Viola tampaknya juga membuat Ray cukup khawatir, terlebih saat ini Viola juga sedang dekat dengan Dhika. Ray takut kedekatan mereka akan berlangsung semakin jauh dan berakhir dengan hal-hal yang sangat tidak Ray inginkan. Viola pun terus menunggu, apa perasaan yang ia duga itu memanglah suatu hal yang nyata. Bukan kesemuan atau bahkan kegeeran semata.

Hari menjelang sore, dan kesabaran Viola pun mulai terlihat luntur. Ia telah terlalu lama menunggu dan menunggu, namun Ray seolah tidak menunjukan reaksi apapun. Ray terdiam dalam ketakutannya, ia selalu menunggu momen yang tepat untuk menyatakan perasaan yang telah ia pendam itu, tapi pada kenyataannya itu hanya wacana untuk menyembunyikan ketidakberaniannnya terhadap cinta. Viola tersenyum dalam keraguan. Ia perlahan mulai melupakan dugaannya terhadap Ray.

Matahari menyinari pagi ini dengan terangnya, Ray tiba-tiba menyesal karena tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada Viola. Viola yang hari kemarin hampir saja jadi miliknya, kini telah hampir tidak mungkin ia miliki kembali. Saat ini, Dhika lebih berani dalam mengungkapkan rasa cintanya dan tentu Viola lebih memilih yang jelas demi kenyamanan hatinya. Untuk pertama kalinya pula Ray meneteskan air mata, entah apa ini air mata kelegaan atau air mata penyesalan terhadap kebodohan yang telah ia lakukan. Yang pasti, Ray telah kehilangan Viola saat ini.

Terlambat sudah semua kali ini
Yang ku inginkan tak lagi sendiri
Bila esok mentari sudah berganti
Kesempatan itu terbuka kembali
Akan ku coba lagi~

Inspired by: Terlambat - Adera

11 komentar:

  1. Menunggu emang pekerjaan yang paling membosankan, makanya jangan suka nunggu kalo nggak mau disakitin..
    Eh, salah fokus.. ha ha
    Nice post:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha yoi! Pengalaman banget nih kayaknya huehehe..

      Hapus
  2. dek, true story ya? haha
    bagus bagus bagus..
    nih dah cici baca smua.. hehehe.... <3

    terus berkreasi ya.. siapa tau bisa jadi seperti majikan si mogannisa hihihiihi

    *eveelyn*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huaaaaa Ciciiiiii, makasih ya!
      Hahaha rahasia dong kalo soal bener apa enggaknya. :D

      Hapus
  3. cool bro!tapi ada tapinya.emmm agak "perempuan" sejujurnya ceritanya

    BalasHapus
  4. Sal, ngena banget cerpen lu yang ini sal =))
    wkwkwkwkwk :v

    BalasHapus
  5. Weleehh,, pengalaman gue banget ini.. Haha Cakep sal Cerpen nya (y) :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cakepan yang nulis tetep. *pasang muka ganteng* :D

      Hapus
  6. bagus nih ceritanya, tapi konfliknya kurang nih. :D
    Kelamaan ngulur waktu itu gak baik, entar keduluan yang lebih cepat *sotoy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya, makasih yaa udah mau baca!
      Hmm.. itu apa diulur-ulur? Emang lagi main layangan apa. :D

      Hapus