Minggu, 12 April 2015

Terlalu Rajin Berbicara dan Perihal Malas Membaca


Saya mendapatkan foto tersebut dari grup Forum Sastra Bekasi di facebook yang konon bersumber dari Taman Bacaan Taufiq Ismail. Sumber yang cukup relevan memang jika kita bandingkan dengan isinya yang menyangkut tentang literasi di negeri ini. Sebuah foto yang cukup dan bisa dibilang membuat jengkel bagi orang-orang seperti saya. Dahulu, saya termasuk pelaku di dalam foto tersebut. Pelaku yang malas membaca dan lebih memilih kegiatan yang simpel namun menyenangkan. Walau saya akhirnya menyadari bahwa membaca buku ternyata adalah hal yang menyenangkan pula.

Melihat data tersebut dapat melihat juga sebetulnya seberapa jauh kualitas bangsa ini dibanding negara-negara lain yang juga tercantum di foto itu. Entah sebenarnya apa yang terjadi sebelumnya sehingga membuat Indonesia menjadi negerinya para orang-orang yang malas membaca. Sebetulnya, kita juga tahu bahwa membaca itu akan berpengaruh terhadap output seseorang. Seseorang yang bacaannya banyak dan berkualitas tentu akan lebih disegani ketika berbicara dibanding dengan tong kosong yang nyaring bunyinya.

Tapi apalah daya, sudah berpuluh-puluh tahun itu terjadi dan generasi tanpa sentuhan sastra telah terlihat juga dan perangainya begitu kasar bila diraba. Mengutip tulisan Pramoedya dalam Bumi Manusia, kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai. Sepertinya kegelisahan seperti ini memang telah terjadi sangat lampau sekali. Sangat-sangat lampau.

Namun, kabar baiknya adalah data tersebut hanya relevan sampai tahun 2008. Dan sekarang sudah cukup jauh bagi kita semua untuk menengok tahun tersebut. Kalau begitu, sudilah kawan-kawan yang membaca tulisan ini memberi data relevan terbaru untuk saya?

"Membacalah, maka kau akan mengenal dunia." -Pak JK

1 komentar:

  1. Bener nih, harusnya ada pewajiban buku sastra di pendidikan sekolah. Mungkin Tetralogi Bumi Manusia-nya Pram cocok.

    Lego ergo scio. Aku membaca, maka aku tahu. Saya sendiri orang yg telat mendapat hidayah soal budaya membaca.

    BalasHapus