Mulai bangun tidur hingga kembali terlelap kita digempur dengan berbagai narasi. Media massa menyiarkan pemberitaan setiap saat, orang-orang saling bercakap tiada henti, pun buku, pamflet, radio, televisi, brosur, iklan, dan selembaran lain yang kita temui di jalan menunjukan bahwa persebaran informasi terus bergulir tak kenal lelah. Terlebih di era internet saat ini, kecepatannya terkadang malah semakin memunculkan dilema: apakah kita mesti percaya dengan informasi ini atau sebaliknya?
Sudut pandang penafsiran yang dilematis seperti itu kerap berujung pada upaya mengamini beragam informasi hoax. Hoax bekerja dengan cara yang sebetulnya terpola, seperti upaya menceritakan suatu gambar antah berantah dengan peristiwa yang seolah merepresentasikan kejadian di gambar tersebut. Tentu kisah yang dipaparkan pun ditambah dengan berbagai kisah lain yang terkadang bersifat menyentuh perasaan, mengiba, fitnah, dan sebagainya. Selanjutnya, tinggal bagaimana upaya menghegemoninya dengan cara penyebaran yang sistematis pula. Entah berwujud spam di media sosial, peran para buzzer yang dibayar untuk menyebarkan kebohongan, serta memanfaatkan kelalaian netizen sendiri dalam mengkonsumsi media-media yang tersebar.